10/29/2009 11:28:00 PM | Author: Unknown
Memori yang ingin kuingat, aku lupa. Sketsa yang ingin kutuliskan, hanya kutemukan berupa potongan- potongan kecil yang membingungkan. Padahal ada kenangan di dalamnya, ada kebahagiaan yang aneh. Saat aku berhasil mengingatnya meski sedikit, itu sungguh melegakan sekali.

Oh, tidak. aku tidak bisa meneruskan romantisme ini. Dan pasti tidak boleh. Ini terlalu bodoh dan begitu menyiksa..

Oke. Lupakan tulisanku di atas itu. Itu bohong semua. Itu terlalu indah kedengarannya.

Sejujurnya, aku tidak pernah ingin mengingat kepingan-kepingan indah (bagiku) itu. Mereka datang sendiri. Potongan itu, cerita kita, kebetulan-kebetulan yang tidak lazim, membuatku ingat kembali.

Sungguh, Aku ingin kehilangan semua ingatan itu.
Kata-kata yang kuucapkan padamu, sinisme dan kritikan terselubungku padamu, ingin sekali kuenyahkan dari pikiranku. Lebih lagi masih ada rekaman percakapan kita lewat sebuah fasilitas dunia maya. Memori itu. Sorot matamu yang menantang namun menyejukkan, kata-katamu yang penuh energi dan kecerdasan, benar-benar melemahkanku sekarang ini.

Mereka, semua tentangmu, telah menghunjami jiwaku yang tak bisa kubilang kuat.

Kepingan puzzle, yang belum sempat kususun, pernah kurasakan dirimu berada di dalamnya. Aku berpikir aku masih punya waktu untuk menggapaimu, setidaknya kau memberiku beberapa saat untuk merencanakan sesuatu yang baik untukmu.

Namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Yang terjadi adalah sebaliknya. Pertanda-pertanda itu, firasat hatiku ternyata berakhir tidak sesuai imajinasiku.
Tiba-tiba saja kau dipertemukan dengan pemilik tulang rusukmu, dan dipersatukan atas nama Tuhan.

Aku limbung, kehilangan kata-kata, dan bahkan tak memiliki kekuatan untuk bersikap dewasa. Benar-benar buruk, dan semakin memburuk.

Mungkin Dia sedang mencandaiku, sambil berkata, "Aku ingin kau sadar bahwa pikiranmu itu sangat bisa untuk salah dan sesat."

Mungkin kapan-kapan aku bisa mengajak kalian berdua makan malam bersama mungkin bersama buah hatimu..


17 Januari 2010
This entry was posted on 10/29/2009 11:28:00 PM and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 comments:

On 1 Maret 2010 pukul 01.23 , Anonim mengatakan...

Wanita yang tak pernah jadi pacarku..
lewat telpon, tadi malam, memaksaku kumpulkan perca-perca yang berserakan.
Padahal aku tidak sedang memimpikannya
Bahkan suaranya susah payah aku mengingatnya.

Wanita yang tak pernah aku cumbu...
Ceritakan bahagia tentang keluarga
Tentang suami..anak sulung..jua kandungan yg hampir masanya.
Entah nestapa atau justru bahagia, menindihku malam itu.
Jejak-jejak di belakang (yg trasa seperti baru tadi sore)
menggambarkan keraguan kami tentang perasaan hati masing-masing.
Sehingga pembicaraan menjadi sekedar penawar gelora semata,
tanpa meletup menjadi bisikan atau sentuhan

Wanita yang tak pernah bersandar di dadaku..
Ilhami kembali akan waktu yang belum ku singgahi
yang dengan suaranya tadi malam...matahari memanasi lagi
agar tuk segera ku berkemas..
Terima kasih..
Wanitaku yang tak pernah menjelma....