Sajak untuk Dyra
9/16/2009 12:35:00 AM | Author: Unknown
Aku
1. Terperanjat
diam
dingin
gagap
gigil
gelap
senyap

Aku
2. Tersenyum
bahagia
tenang
damai
tenteram
lega
segar

untuk terlahir kembali
menjadi sesuatu...

Untukmu yang berbahagia kutunggu nasi kotaknya..
Sok Puitis!
9/10/2009 08:10:00 PM | Author: Unknown

# Pagi Awan pagi :D

- Pagi..

# Apa kabar?

- Baik, tapi Aku sedang mengantuk sekali pagi ini..

# Ngantuk? begadang lagi? Hehe.. Ngopi sanah?

- Hehe. Kopiku sudah menguap, menyisakan cangkirnya yang kosong..

# Hmmm, apa perlu Filosofi Kopi, hehe..

- Tidak tahu aku akan hal itu.

# Itu kan bukunya Dee Lestari..

-Beli pun belum, apalagi menyesap aromanya..

# Mau dipinjamin? (Sok baik mode on)

- Tidak usah, lebih baik jangan..

Mereka. Para filsuf sok tahu itu. Terlalu banyak meracuni pikiranku..

Hingga bisa membunuhku dengan terlalu perlahan..


# Woww, kata-katamu hari ini..

- Cukup. Ingin Aku menutup hidungku saja, biar tidak kuhisap bau harumnya...

# Wkwkwkwkk, puitis kali kau hari ini..
- Diam!!
Apa kau tau apa arti puitis??


# Tak tahu Juga. Apa maksudmu marah-marah?
-Kau pura pura tahu puitis dan mempuitis2kan kata2 orang.
Semudah itu..


# : (
- Kau tahu! Aku benci dianggap puitis...
Puitis bukanlah diriku...
Kamusku belum mengenal kata itu...


# SOK PUITIS!!!!




Ternyata Bapak Itu Buta
9/03/2009 11:25:00 PM | Author: Unknown
Malam minggu kemarin, saya diajak sahabat saya yang juga satu kos dengan saya ikut shalat tarawih berjamaah di masjid Al Falah, salah satu masjid besar di Surabaya. Masjid tersebut berbentuk persegi panjang, dengan bagian tengahnya kosong tanpa konstruksi beton di tengah seperti kebanyakan masjid-masjid besar di Indonesia, sehingga terasa lega dan luas di dalamnya.

Tidak seperti masjid-masjid besar lainnnya juga, Masjid Al-Falah itu, saf atau barisan utamanya memanjang ke samping, sehingga dalam 4 baris saf yang rapat, kira-kira sudah dapat menampung lebih dari 200 orang, sedangkan lebarnya sekitar setengah dari ukuran panjang masjid. Untuk jamaah perempuan letaknya berada di lantai dua yang dengan kapasitas yang cukup banyak juga.

Saya baru beberapa kali berjamaah di masjid ini, kebanyakan di bulan Ramadhan tahun lalu, itu juga diajak teman saya. Namun ukurannya yang lega dan luas membuat saya nyaman beribadah di Masjid itu. Kemarin, saya mendapat pengalaman berharga bagi saya pribadi, semoga bermanfaat.

Di Malam minggu itu, saya berangkat naik motor sendiri sedang dua sahabat saya yang lain naik motor berboncengan. Saya tiba sebelum iqamah Isya namun ceramahnya sudah lama dimulai. Di Masjid Al Falah sebelum shalat Isya, diadakan ceramah terlebih dahulu selama sekitar 15-20 menit.
Setelah iqamah Isya, saya berada di saf kedua dari sekitar 4 atau 5 saf. Teman saya berdiri di saf pertama di depan saya persis, di sampingnya ada seorang bapak-bapak tua, mungkin berusia sekitar 50 atau 60 tahunan.

Setelah iqamah, bapak itu tidak segera bangkit, sehingga saya mengira bapak itu mungkin tertidur setelah ceramah. Teman saya menyentuh bahu bapak tersebut, mungkin untuk membangunkan bapak itu. Bapak itu bangun untuk shalat tapi dia terlihat kepayahan untuk berdiri sehingga teman saya membantunya berdiri dengan membantu mengangkat bahunya. Mungkin bapak itu sedang sakit namun memaksakan diri untuk ikut berjamaah di masjid ini, bersyukurlah saya yang masih diberi kesehatan seperti ini, pikir saya. Saat shalat pun bapak tersebut nampak berusaha keras utuk menyeimbangkan badannya.

Selesai shalat saya tidak langsung pulang, saya duduk-duduk sebentar di bagian belakang di dalam masjid. Saya memperhatikan orang-orang yang melintas pulang. Saya berniat menunggu kedua teman saya keluar. Lagi-lagi saya melihat bapak tua tadi. Bapak itu ternyata menggunakan tongkat untuk berjalan. Teman saya terlihat membantunya berjalan keluar masjid. Sungguh baik teman saya, mungkin orang lain segan membantu jika berada di posisi teman saya itu. Kemudian saya perhatikan lagi, Subhanallah, bapak itu ternyata buta. Ya, Bapak itu berjalan dengan tongkat karena matanya tidak bisa melihat.

Teman saya, dia membantu bapak itu hingga mereka berdua hilang dari pandangan saya. Saya tidak segera menyusul teman saya itu keluar. Saya tetap duduk beberapa saat di dalam masjid. Saya merenung, bapak itu buta, tapi dia tetap menjalankan ibadah shalat, bahkan berjamaah di masjid.

Mata saya tiba-tiba berkaca-kaca selama beberapa detik, saya tidak tahu kenapa, saya merasa sisi terdalam dari diri saya tersentuh, merasakan bahwa saya sungguh jarang mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada saya. Ya, kedua mata saya normal tidak seperti bapak itu, namun keduanya sering saya gunakan untuk melihat hal-hal yang tidak baik. Ampuni dosa-dosa hambamu ini ya Rabbi..

Saya kemudian bertemu sahabat saya yang tadi berangkat bersama ke masjid tersebut di kos. Kemudian saya menanyakan tentang bapak tua itu. Kata teman saya itu, ternyata bapak tersebut tinggal di kampung yang sama dengan rumah kos saya. Padahal jarak masjid dengan kampung kami cukup jauh. Beliau juga sering ikut tarawih di situ. Teman saya itu cuma mengantar sampai penitipan sandal dan bapak itu pulang naik angkot atau di Surabaya dikenal dengan 'Len'. Subhanallah. Allah memang Maha Adil. Mungkin bapak tua itu tidak bisa melihat, namun saya yakin dia memiliki kelebihan yang tidak orang normal miliki.



ditulis pada 16 September 2008