Obrolan Kaki Lima di Dunia Maya
4/29/2009 10:46:00 AM | Author: Unknown
aku:" Selamat siang, bisa bicara dengan Bapak Genta Amrizal?"

Genta:"Selamat siang, Bapak Genta sedang sibuk di kamar kecil, mohon tinggalkan handphone Anda dan tolong jangan ganti-ganti nama orang tanpa seizin yang punya."

Aku:"Haha, dudul!! Lagi ngapain kau nak?"

Genta: "Haha, pa kabar kang? Biasa kang, lagi istirahat sambil makan siang.. Surat-suratku juga belum lagi menumpuk, jadi masih bisa santai-santai aku, wekeke.."

Aku: "Ah kau ini Ta. Kerjalah yang betul nak, kau dibayar mahal2 sama negara buat apa tho? Nggambar orang ma ngeblog melulu pasti nih, haha.."

Genta: "Ndak lah kang, pastinya sudah kuselesaikan tepat waktu. Memangnya Abang ini, yang sukanya baca koran dan ngabisin rokok itu, hehe.. Wong ini juga Abang yang mulai duluan. Hayo ngaku!"

Aku:"Haha, bisa saja kau. Piye aktivitas senimanmu itu? Masih edan gak?"

Genta: "Ngeblog sudah jarang aku, ngegambar apalagi. Wong rekues temen2 yang pengen disket taktolak semua, mood nggambar lagi off, haha..
Aku sekarang malah lagi nikmatin fotografi, kemaren aku malah disewa buat foto klub biker, gara2 mereka sering liat aku nenteng2 DSLR-ku, dikira mereka fotografer aku, tapi gak apa-apa, asik ternyata. Aku dapat pengalaman baru."

Aku: "Dasar seniman edan, ada ada saja polahmu. Nulis di blog, terkenal. Gambar orang, bagus pula. Sekarang jadi fotografer cabutan. Apalagi nanti, jadi model bintang iklan? Haha..

Genta:"Bisa juga kau bercanda Bang. Kalau Abang bagaimana kerjanya? Masih serampangankah? Hehe.."

Aku:"Kau masih ingat juga kebiasaan burukku, yang baik-baik kau lupa, haha.. Ya, kerjaku belum juga kubereskan, alasan klasik, terlalu banyak. Tapi meski aku ngawur, jangan kira aku gak mikirin bagaimana ribuan surat2 itu bisa direkam secepatnya. Semoga saja kakakmu in nemuin formula buat ngehandel kerjaan biar bisa lebih efektif dan produktif. Kau perlu tahu, kakakmu ini calon manajer, haha.. "

Genta: "Manajer tim sepak bola paling, terus dipecat di minggu pertama, haha.. Sampeyan itu kerjaan cuma dipikir tok, kapan selesainya. Awas nanti stres, adikmu ini ntar ikutan repot. Semua masalah itu didiskusikan bersama,dirembug bagaimana baiknya, nanti pasti ketemu jalannya deh.. "

Aku: "Haha, Kakakmu ini kau kasih nasehat lagi, gak takut kualat kau. Memang itu yang hendak aku lakukan Ta. Tapi tak kunjung kulakukan, haha..
Dasar, aku ini sudah merasa terlalu nyaman kali ya? Mungkin aku sudah kehilangan idealismeku yang dulu itu. Seperti anak2 yang baru lulus itu yang sedang magang. Jadi over realistis aku nampaknya, semuanya terlalu dimaklumi. Sudah jadi orang "yang lebih banyak tidak baiknya" aku ini rupanya, padahal dulu rasanya aku masih jadi orang "yang sedikit baik", haha..."

Genta: "Rasanya kau sedang merasa surga-surganya di titik nyaman, comfort zone orang bilang. Hati-hati kau kak. Siapa sih yang menolak kenyamanan, apalagi jika pada posisi yang nyaris tidak tersentuh. Wah, paling susah itu buat ditinggalkan. Kata bisnisman, berani meninggalkan zona nyaman adalah awal dari kesuksesan. Kalo kata Bapak Ustadz, kenyamanan itu lebih menakutkan daripada kemiskinan, karena kebanyakan orang tidak sadar dan lupa diri bahkan bisa jadi keras hatinya. Kejatuhan bisa terjadi kapan saja, dan orang-orang seperti itu biasanya tidak siap untuk jatuh. Hidup bisa jalan di tempat atau bahkan juga mundur. Na'udzubillah.."

Aku: Wah, sudah pintar bicaramu sekarang, kalah besar aku. Kau bilang aku nyaman kerja begini? Haha.. Mungkin ragaku nyaman, tapi hatiku sebenarnya memberontak mencari tantangan. Kau kira aku senang jadi pemalas dan ngeliatin para pemalas itu?Maaf, kuralat, bukan pemalas, tapi orang yang kurang berinisiatif. Kurang mensyukuri akal dan otak hebat yang Tuhan Maha Baik anugerahkan ini. Kurang mau belajar bagaimana cara bermusyawarah dan bekerja sama dengan baik. Kurang apa lagi ya?"

Genta: "Kurang asem hidupmu itu, hehe.. Tapi kata-katamu itu malah makin mengarahkan kalau Abang ini memang pemalas ya?"

Aku: "Aku belum selesai Ta, aku juga punya harapan besar sama diriku ini buat bikin sesuatu. Hidup yang sebentar memang bukan untuk senang-senang. Aku mau berbuat lebih banyak lagi demi Tuhan Sang Pencipta yang sungguh-sungguh mudahnya menciptakan kita ini. Bisa saja aku mati besok dan belum ngapa-ngapain. Wah, rugi aku.. "

Genta: "Wah, kok jadi religius benar kata-katamu Bang, sampe mati segala. Padahal kakakku ini kayaknya sembahyang dan doa saja masih lupa? Maaf, jadi ingat curhatmu dulu itu, Haha.."

Aku:"Dasar kau nak, bukankah kau yang ngajarin aku blog, Facebook, dan chatting hingga aku lupa waktu hingga telat sembahyang. Belum lagi godaan untuk buang-buang waktu sama kawanku di sini.."

Genta:"Wah, kok malah aku sama teman-temanmu yang kau salahkan, haha. Jika aku kasih uang orang, gak tahu aku buat apa uang itu, beli makan, maen judi atau beli miras. Terus dosanya aku yang nanggung, enak benar. Bang, hidup itu penuh dengan pilihan, mau masuk taman atau jurang, bijak-bijaklah kau memilih."

Aku:"Waduh kena tampar lagi aku."

Genta:"Makanya, jangan remehin anak muda, haha.. Ah, aku juga sama kok Bang, semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Wahai Abang sayang, nampaknya jam istirahat sudah lewat, mari tunaikan kerja supermikro kita buat negara. Mataku capek juga baca kata-katamu itu. Ingat Bang, kau harus jadi lebih baik. Paling tidak, biar calon isterimu nanti bisa bangga padamu."

Aku:"Bah, calon isteri yang belum ada kau bawa-bawa pula! Tapi dengan berat hati kuucapkan terima kasih buat saran-saranmu itu."

Genta:"Kau ini Bang, hidup di Jawa bicaramu macam Aku yang merantau di tanah Andalas ini, ketularan penulis-penulis Sumatera itu rupanya, haha.."

*connection failed*
*****************